Sabtu, 11 Februari 2012

Cerpen: Ciptaan Allah Yang Bertengger di BuRhema


BACALAH DENGAN PETUNJUK DI BAGIAN AKHIR
Adventure (limited edition)
Created by Rizal Saryadi (Fak. Ilmu Budaya- Sastra Inggris 2011)

Di sore hari yang cerah, bersatulah segerombolan makhluk sempurna bulan bintang di dalam wadah Universitas Perjuangan. Mereka terlihat hendak melontarkan perjalanan panjang menuju salah satu pasak kecil BuRhema, ciptaan Allah yang berdiri kokoh di sekitar mutiara besar nan indah sebagai pancawisata dunia yang terletak di kota Magelang. Rencana hebat itu pun disambut hangat oleh empat bertua dan dua bermuda yang penuh kediaman. Dengan seketika, keenam makhluk sempurna itu pun menunggangi roda empat yang bertenaga kuda. Lalu, sang pemilik pun menyalakan tenaga supernya agar bisa melaju dengan kencang. Namun ketika jalan terbentang itu melipatkan dirinya di depan Fakultas penuh rimba, sang roda empat pun berhenti sambil menjenakkan mesin yang sedang kepanasan. Ternyata, sang pemilik yang berambut pendek itu masih menunggu satu makhluk sempurna yang kalah waktu untuk bersatu. Tidak lama kemudian, terlihatlah kenampakkannya bersama dengan  cangkir yang bertalikan benang di punggungnya. Lalu, perjalanan menuju pasak kecil pun bisa dilanjutkan.
Begitu larut di sepanjang punggung ular yang agak kehitaman, ada sedikit ke-abuan yang pendek, para makhluk sempurna itu pun melampaui mutiara besar itu sehingga mereka terengah kecuali satu makhluk yang sedang menutupi kelopak indranya di atas ranjang yang empuk. Tidak lama kemudian, tibalah mereka di likuan ular yang kecoklatan, ada banyak kehitaman, yang menunjukkan tanda kasar menuju pasak kecil tersebut. Akan tetapi, walaupun makhluk tinggi mengepakkan tubuh mereka secara berpapasan, makhluk bersayap meraung keluasan, rintihan sulaiman mendesis keharuan, maka hal itu tidak akan memutuskan tali semangat yang bersemayam di dalam jiwa makhluk sempurna itu. Oleh karena, jiwa mereka dipenuhi rasa gentayangan yang mendalam sebagai panutan perjuangan.
Mata kuning kemerahan pun semakin meredup, sehingga melejitkan perburuan makhluk sempurna itu. Tak lama kemudian, sampailah mereka di semenanjung pedalaman bumi Gombong  Kecamatan Borobudur Kota Magelang. Kemudian, ketujuh makhluk sempurna itu menginjakkan kaki mereka ke atas anak batu yang agak ke-abuan untuk membuka pagar pembatas pada Kepala pedalaman bumi Gombong agar melancarkan tapak kaki mereka. Sang Kepala bumi pedalaman Gombong melontarkan lidahnya “silahkan tapi hati-hati”. Lontaran itu memberikan pengaruh besar pada ketujuh makhluk sempurna itu, sehingga mereka melajukan langkah gentayangan mereka untuk menggapai cita-cita yang memaksa.  
Petualangan pun dimulai, tiba-tiba agak kejauhan, terlihatlah burung merpati sekiranya 8 meter panjang 30 meter tinggi yang memaknai tempat berserah-pasrah jiwa sebelah. Setelah melangkah lebih puncak, para makhluk sempurna itu pun menyaksikan burung merpati itu mengeluarkan sinar emasnya sehingga membuat para makhluk sempurna itu pun jatuh hati untuk mengarunginya lebih dalam. Tak lama kemudian, muncullah suara merdu angin bambu yang ditiup oleh satu pengarung hutan dari tiga pengarung. Maka hal itu pun membuat cinta para makhluk sempurna itu bertanya-tanya, sehingga ingin ditiupkan seuntai lagi. Tiba-tiba muncullah sebuah bintang dari seorang makhluk sempurna yang berambut panjang agar meminta panduan pada ketiga pengarung hutan itu untuk mengarungi dalamnya perut merpati. Akhirnya, terjadilah ikatan antara ketiga pengarung hutan dan ketujuh manusia sempurna itu.
Berhubung semua tali telah diikat, maka mereka pun bergegas menjelajahi perut merpati dari lobang bawah. Ketika sampai di awal kalang merpati, mereka pun menapakkinya untuk mencapai puncak kedua. Dari sana, terlihatlah bidadari luas membentang nan indah dan menawan di luar merpati tersebut. Kedua bola indra pun terbelalak seraya cinta bergetar “subhanallah, it’s wonderful”. Tak bisa diangankan betapa indah bidadari ini membentang dengan partikel-partikel tinggi yang mengelilingi merpati itu. Sungguh, itu lah kedahsyatan ciptaan Allah yang maha sempurna. Mereka pun terkagum-kagum hingga ada sebagian yang melukis ketampakkan mereka di balik depan bidadari.  
Bukan cinta merasakan hadirnya bapa jiwa sebelah, tapi jiwa tetap bersama Allah SWT, membungakan perasaan, mencuci kejiwaan, mengembangkan alam semesta. Walaupun mereka bertonggak di hadapan matematika pertumbuhan, mereka hanya jatuh cinta akan ke-emasan tubuhnya bukan aqidah kebatinan. Oleh sebab, hanya Allah yang bersinggah di hati mereka, memberikan keindahan ciptaannya di dunia.
Berada di wadah perut merpati itu, beratus kail bertitik muncul secara bertumpukkan di kewarasan mereka. “Kenapa merpati ini ditutup?”, “kenapa terjadi penghianatan?”, “bagaimana pondok remaja ini bisa jadi tempat berserah-pasrah jiwa sebelah?”, “apa sebab penghuni pedalaman bumi Gombong tidak setuju?”, kenapa Pak Alamsjah ingkar ikatan?”,...?”. Berbagai kail bertitik itu muncul hampir di setiap kewarasan makhluk sempurna bulan bintang. Oleh sebab itu, para pengarung hutan pun ikut menjulurkan lidah, hampir setiap sumber berada di rentetan kail bertitik.
Panca rama pun semakin terlelap, sehingga menggegerkan kesembilan makhluk itu untuk keluar dari perut merpati. Kaki pun beranjak menuju kulit dasar sang merpati, terlihat 14 lebih jantung kecil 1 x 1 meter memaknai tempat bersemedi jiwa sebelah. Satu makhluk sempurna bulan bintang hampir tak percaya akan adanya serupaan ghaib bergoyang di satu jantung, cerita pak Wasto. Tak peduli banyak jantung yang melekat, mereka segera menghirup alam segar di kawasan rerumputan hijau yang dihina. Pemilik roda empat itu pun, masih ingin menjelajah kawasan tetangga untuk menyaksikan anugrah Ilahi Rabbi Allah SWT. Bak kekuatan sihir menggoda cintanya untuk tak ingin kembali ke pangkuan awal. Padahal, kedua makhluk sempurna berambut panjang itu sudah tak sabar untuk menapakki jalan ke pangkuan awal. Akan tetapi, keempat makhluk sempurna itu juga mengikuti jejak sang pemilik roda empat untuk mengarungi lebih jauh ke kawasan tetangga bersama ketiga pengarung hutan. Oleh karena itu, dua berambut panjang pun melakukan penantian di samping burung merpati.
Di atas puncak kawasan sebelah, terlihat banyak hal yang lebih menawan mengenai cipataan Gusti Allah. Dua puncak berkabut, mutiara besar berwarna, rimba coconut meluas, memberikan keindahan kepada ketujuh makhluk Allah tersebut. Sungguh luar biasa, merupakan hal yang belum pernah dilihat seumur hidup bagi beberapa makhluk. Pemilik kendaraan melontarkan lidahnya “kalau pukul 05.00 pagi, kalian bisa melihat matahari muncul di antara gunung merpati dan merbabu”, satu menyambut “waw, gila keren banget !!!”. “Subhanallah”, sekali lagi terdengar pujian itu melayang ke langit, memaknai betapa takjubnya kelima makhluk sempurna itu kecuali ketiga penjelajah hutan yang sudah akrab dengan rimba belantara.
Jiwa terasa seperti sedang lapar, lalu dihidangkan sejumlah makanan enak yang penuh gizi. Tidak merasa senang kecuali kecuali orang-orang yang lapar. Oleh sebab itu, kesenangan takjub pun muncul bergelimpangan memberi warna kebahagiaan. Sungguh Allah Maha Sempurna yang mencipatakan berbagai macam keindahan alam didepan mata para penjelajah itu.
Cahaya pun telah pudar dari kemerahannya, menandakan akan terjadinya kegelapan pandangan. Sehingga demikian, para makhluk sempurna dan ketiga penjelah hutan itu pun bergegas meninggalkan keunikkan dan keindahan bidadari pedalaman bumi Gombong. Kemudian, menapakkan kaki di atas bumi menuju kediaman Kepala pedalaman bumi Gombong. Lalu, ketujuh makhluk sempurna itu pun memintanya untuk menutup pagar pembatas. Tidak beberapa lama setelah perbincangan, perjalanan menuju pangkuan awal pun dimulai dengan ditemani gelapnya panorama bumi. Pada akhirnya, perjalanan yang begitu jauh telah menghantarkan keselamatran dari Allah hingga sampai kembali di wadah Universitas Perjuangan tepatnya di depan gerbang Fakultas Ilmu Budaya. Kemudian, masing-masing mereka pun kembali ke kediaman masing-masing.

KAMUS PENYEMANGAT:
Paragraf 1: bersatulah: berkumpullah, makhluk sempurna: mahasiswa, bulan bintang: muslim, Univ. Perjuangan: UGM, melontarkan: merencanakan, pasak kecil: bukit, BuRhema: Bukit Rhema, mutiara besar: Borobudur, pancawisata: tempat wisata, tiga bertua dan dua bermuda: tiga mahasiswa senior dan dua mah. Junior, roda empat: mobil, Fakultas penuh rimba: Fak. Kehutanan, berambut pendek: pria, kalah waktu: terlambat, cangkir yang bertalikan benang: tas.
Paragraf 2: punggung ular: jalan raya, melampau: melewati, terengah: terperangah, ranjang: kursi mobil, likuan: persimpangan, ular yang kecoklatan: jalan tanah, kehitaman: aspal, tanda kasar: suasana mengerikan, makhluk tinggi: pohon kayu, mengepakkan: bergesek-gesekkan (timbul suara), makhluk bersayap : burung, meraung keluasan: bersuara kencang, rintihan sulaiman: suara angin, gentayangan: penasaran.
Paragraf 3: Mata kuning kemerahan: matahari, melejitkan: rasa ingin cepat-cepat, pedalaman bumi: dusun, anak batu: tanah, membuka pagar pembatas: minta izin, melancarkan tapak kaki mereka. melontarkan lidahnya: berkata, cita-cita: hasrat. 
Paragraf 4: burung merpati: gereja tua yang telah dipaksa tutup oleh masyarakat setempat dan bentuknya seperti merpati, jiwa sebelah: kristiani, sinar emasnya: penuh keantikkan, mengarungi: mengetahui lebih dalam, merdu angin bambu: seruling,  pengarung hutan: orang yang baru selesai berburu, cinta: hati, bintang: ide, berambut panjang: wanita, ikatan: kesepakatan.
Paragraf 5: lobang bawah: pintu lantai bawah, kalang merpati: tangga, bidadari: pemandangan, bergetar: berkata, diangankan: dibayangkan, partikel-partikel tinggi: rimbunan pohon, melukis: berfoto-foto, ketampakkan: diri/jasmani.
Paragraf 6: bapa: tuhan, membungakan perasaan: berzikir, mencuci kejiwaan: bertasbih, mengembangkan alam semesta: bertakbir, bertonggak: berdiri, matematika pertumbuhan: salib, ke-emasan tubuhnya: keindahan fisik, aqidah kebatinan: karena keyakinan.
Paragraf 7: perut: ruangan, beratus kail bertitik: banyak pertanyaan, kewarasan: akal pikiran, Pak Alamsjah: nama pemilik gereja, bulan bintang: muslim, menjulurkan lidah: menjelaskan/menjawab, sumber: jawaban/penjelasan.
Paragraf 8: Panca rama: suasana, terlelap: gelap, menggegerkan: membuat terburu-buru, kulit dasar: lantai, jantung kecil: ruangan kecil, Satu: seorang/sebuah, serupaan ghaib bergoyang: ular jadi-jadian, pak Wasto: guide, rerumputan hijau: rumput yang terdapat di sekeliling gereja, kawasan tetangga: kawasan sebelahnya, pangkuan awal: kembali/pulang.
Paragraf 9: Dua puncak berkabut: Gunung merapi dan Gunung Merbabu, rimba coconut: pohon kelapa, mutiara besar berwarna: candi Borobudur.
Paragraf 10: menutup pagar pembatas, menuju pangkuan awal: pulang, kediaman: tempat tinggal.


  
“Allah adalah Sang Ahli penata dunia  yang menebarkan keindahan penuh makna “ (Rizal Saryadi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentarkan Pendapatmu Mengenai Blog Ini