BACALAH DENGAN PETUNJUK DI BAGIAN AKHIR
Adventure (limited edition)
Created
by Rizal Saryadi (Fak. Ilmu Budaya- Sastra Inggris 2011)
Di sore hari yang cerah, bersatulah segerombolan makhluk sempurna bulan
bintang di dalam wadah Universitas Perjuangan. Mereka terlihat hendak
melontarkan perjalanan panjang menuju salah satu pasak kecil BuRhema, ciptaan
Allah yang berdiri kokoh di sekitar mutiara besar nan indah sebagai pancawisata
dunia yang terletak di kota Magelang. Rencana hebat itu pun disambut hangat
oleh empat bertua dan dua bermuda yang penuh kediaman. Dengan seketika, keenam
makhluk sempurna itu pun menunggangi roda empat yang bertenaga kuda. Lalu, sang
pemilik pun menyalakan tenaga supernya agar bisa melaju dengan kencang. Namun
ketika jalan terbentang itu melipatkan dirinya di depan Fakultas penuh rimba,
sang roda empat pun berhenti sambil menjenakkan mesin yang sedang kepanasan.
Ternyata, sang pemilik yang berambut pendek itu masih menunggu satu makhluk
sempurna yang kalah waktu untuk bersatu. Tidak lama kemudian, terlihatlah kenampakkannya bersama dengan cangkir yang
bertalikan benang di punggungnya. Lalu, perjalanan menuju pasak kecil pun bisa
dilanjutkan.
Begitu larut di sepanjang punggung ular yang agak kehitaman, ada
sedikit ke-abuan yang pendek, para makhluk sempurna itu pun melampaui mutiara
besar itu sehingga mereka terengah kecuali satu makhluk yang sedang menutupi kelopak
indranya di atas ranjang yang empuk. Tidak lama kemudian, tibalah mereka di
likuan ular yang kecoklatan, ada banyak kehitaman, yang menunjukkan tanda kasar
menuju pasak kecil tersebut. Akan tetapi, walaupun makhluk tinggi mengepakkan
tubuh mereka secara berpapasan, makhluk bersayap meraung keluasan, rintihan sulaiman
mendesis keharuan, maka hal itu tidak akan memutuskan tali semangat yang
bersemayam di dalam jiwa makhluk sempurna itu. Oleh karena, jiwa mereka
dipenuhi rasa gentayangan yang mendalam sebagai panutan perjuangan.
Mata kuning kemerahan pun semakin meredup, sehingga melejitkan
perburuan makhluk sempurna itu. Tak lama kemudian, sampailah mereka di
semenanjung pedalaman bumi Gombong Kecamatan Borobudur Kota Magelang. Kemudian, ketujuh makhluk sempurna itu menginjakkan kaki mereka
ke atas anak batu yang agak ke-abuan untuk membuka pagar pembatas pada Kepala
pedalaman bumi Gombong agar melancarkan tapak kaki mereka. Sang Kepala bumi
pedalaman Gombong melontarkan lidahnya “silahkan tapi hati-hati”. Lontaran itu
memberikan pengaruh besar pada ketujuh makhluk sempurna itu, sehingga mereka
melajukan langkah gentayangan mereka untuk menggapai cita-cita yang memaksa.
Petualangan pun dimulai, tiba-tiba agak kejauhan, terlihatlah
burung merpati sekiranya 8 meter panjang 30
meter tinggi yang memaknai tempat
berserah-pasrah jiwa sebelah. Setelah melangkah lebih puncak, para makhluk sempurna
itu pun menyaksikan burung merpati itu mengeluarkan sinar emasnya sehingga
membuat para makhluk sempurna itu pun jatuh hati untuk mengarunginya lebih
dalam. Tak lama kemudian, muncullah suara merdu angin bambu yang ditiup oleh
satu pengarung hutan dari tiga pengarung. Maka hal itu pun membuat cinta para
makhluk sempurna itu bertanya-tanya, sehingga ingin ditiupkan seuntai lagi.
Tiba-tiba muncullah sebuah bintang dari seorang makhluk sempurna yang berambut
panjang agar meminta panduan pada ketiga pengarung hutan itu untuk mengarungi
dalamnya perut merpati. Akhirnya, terjadilah ikatan antara ketiga pengarung
hutan dan ketujuh manusia sempurna itu.
Berhubung semua tali telah diikat, maka mereka pun bergegas
menjelajahi perut merpati dari lobang bawah. Ketika sampai di awal kalang
merpati, mereka pun menapakkinya untuk mencapai puncak kedua. Dari sana,
terlihatlah bidadari luas membentang nan indah dan menawan di luar merpati
tersebut. Kedua bola indra pun terbelalak seraya cinta bergetar “subhanallah,
it’s wonderful”. Tak bisa diangankan betapa indah bidadari ini membentang
dengan partikel-partikel tinggi yang mengelilingi merpati itu. Sungguh, itu lah
kedahsyatan ciptaan Allah yang maha sempurna. Mereka pun terkagum-kagum hingga
ada sebagian yang melukis ketampakkan mereka di balik depan bidadari.
Bukan cinta merasakan hadirnya bapa jiwa sebelah, tapi jiwa tetap
bersama Allah SWT, membungakan perasaan, mencuci kejiwaan, mengembangkan alam
semesta. Walaupun mereka bertonggak di hadapan matematika pertumbuhan, mereka
hanya jatuh cinta akan ke-emasan tubuhnya bukan aqidah kebatinan. Oleh sebab,
hanya Allah yang bersinggah di hati mereka, memberikan keindahan ciptaannya di
dunia.
Berada di wadah perut merpati itu, beratus kail bertitik muncul
secara bertumpukkan di kewarasan mereka. “Kenapa merpati ini ditutup?”, “kenapa
terjadi penghianatan?”, “bagaimana pondok remaja ini bisa jadi tempat
berserah-pasrah jiwa sebelah?”, “apa sebab penghuni pedalaman bumi Gombong
tidak setuju?”, kenapa Pak Alamsjah ingkar ikatan?”,...?”. Berbagai kail
bertitik itu muncul hampir di setiap kewarasan makhluk sempurna bulan bintang.
Oleh sebab itu, para pengarung hutan pun ikut menjulurkan lidah, hampir setiap
sumber berada di rentetan kail bertitik.
Panca rama pun semakin terlelap, sehingga menggegerkan kesembilan
makhluk itu untuk keluar dari perut merpati. Kaki pun beranjak menuju kulit
dasar sang merpati, terlihat 14 lebih jantung
kecil 1 x 1 meter memaknai tempat bersemedi jiwa sebelah. Satu makhluk sempurna
bulan bintang hampir tak percaya akan adanya serupaan ghaib bergoyang di satu
jantung, cerita pak Wasto. Tak peduli banyak jantung yang melekat, mereka
segera menghirup alam segar di kawasan rerumputan hijau yang dihina. Pemilik
roda empat itu pun, masih ingin menjelajah kawasan tetangga untuk menyaksikan
anugrah Ilahi Rabbi Allah SWT. Bak kekuatan sihir menggoda cintanya untuk tak
ingin kembali ke pangkuan awal. Padahal, kedua makhluk sempurna berambut
panjang itu sudah tak sabar untuk menapakki jalan ke pangkuan awal. Akan
tetapi, keempat makhluk sempurna itu juga mengikuti jejak sang pemilik roda
empat untuk mengarungi lebih jauh ke kawasan tetangga bersama ketiga pengarung
hutan. Oleh karena itu, dua berambut panjang pun melakukan penantian di samping
burung merpati.
Di atas puncak kawasan sebelah, terlihat banyak
hal yang lebih menawan mengenai cipataan Gusti Allah. Dua puncak berkabut,
mutiara besar berwarna, rimba coconut meluas, memberikan keindahan
kepada ketujuh makhluk Allah tersebut. Sungguh luar biasa, merupakan hal yang
belum pernah dilihat seumur hidup bagi beberapa makhluk. Pemilik kendaraan
melontarkan lidahnya “kalau pukul 05.00 pagi, kalian bisa melihat matahari
muncul di antara gunung merpati dan merbabu”, satu menyambut “waw, gila keren
banget !!!”. “Subhanallah”, sekali lagi terdengar pujian itu melayang ke
langit, memaknai betapa takjubnya kelima makhluk sempurna itu kecuali ketiga
penjelajah hutan yang sudah akrab dengan rimba belantara.
Jiwa terasa seperti sedang lapar, lalu
dihidangkan sejumlah makanan enak yang penuh gizi. Tidak merasa senang kecuali
kecuali orang-orang yang lapar. Oleh sebab itu, kesenangan takjub pun muncul
bergelimpangan memberi warna kebahagiaan. Sungguh Allah Maha Sempurna yang
mencipatakan berbagai macam keindahan alam didepan mata para penjelajah itu.
Cahaya pun telah pudar dari kemerahannya,
menandakan akan terjadinya kegelapan pandangan. Sehingga demikian, para makhluk
sempurna dan ketiga penjelah hutan itu pun bergegas meninggalkan keunikkan dan
keindahan bidadari pedalaman bumi Gombong. Kemudian, menapakkan kaki di atas
bumi menuju kediaman Kepala pedalaman bumi Gombong. Lalu, ketujuh makhluk
sempurna itu pun memintanya untuk menutup pagar pembatas. Tidak beberapa lama
setelah perbincangan, perjalanan menuju pangkuan awal pun dimulai dengan
ditemani gelapnya panorama bumi. Pada akhirnya, perjalanan yang begitu jauh
telah menghantarkan keselamatran dari Allah hingga sampai kembali di wadah
Universitas Perjuangan tepatnya di depan gerbang Fakultas Ilmu Budaya.
Kemudian, masing-masing mereka pun kembali ke kediaman masing-masing.
KAMUS PENYEMANGAT:
Paragraf 1: bersatulah:
berkumpullah, makhluk sempurna: mahasiswa, bulan bintang: muslim, Univ.
Perjuangan: UGM, melontarkan: merencanakan, pasak kecil: bukit, BuRhema: Bukit
Rhema, mutiara besar: Borobudur, pancawisata: tempat wisata, tiga bertua
dan dua bermuda: tiga mahasiswa senior dan dua mah. Junior, roda empat: mobil, Fakultas penuh rimba: Fak. Kehutanan, berambut
pendek: pria, kalah waktu: terlambat, cangkir yang bertalikan benang: tas.
Paragraf 2: punggung ular: jalan raya, melampau: melewati, terengah:
terperangah, ranjang: kursi mobil, likuan: persimpangan, ular yang kecoklatan:
jalan tanah, kehitaman: aspal, tanda kasar: suasana mengerikan, makhluk tinggi:
pohon kayu, mengepakkan: bergesek-gesekkan (timbul suara), makhluk bersayap :
burung, meraung keluasan: bersuara kencang, rintihan sulaiman: suara angin,
gentayangan: penasaran.
Paragraf 3: Mata kuning kemerahan: matahari, melejitkan: rasa ingin cepat-cepat,
pedalaman bumi: dusun, anak batu: tanah, membuka pagar pembatas: minta izin, melancarkan
tapak kaki mereka. melontarkan lidahnya: berkata, cita-cita: hasrat.
Paragraf 4: burung merpati: gereja tua yang telah dipaksa tutup oleh masyarakat
setempat dan bentuknya seperti merpati, jiwa sebelah: kristiani, sinar emasnya:
penuh keantikkan, mengarungi: mengetahui lebih dalam, merdu angin bambu:
seruling, pengarung hutan: orang yang
baru selesai berburu, cinta: hati, bintang: ide, berambut panjang: wanita, ikatan:
kesepakatan.
Paragraf 5: lobang bawah: pintu lantai bawah, kalang merpati: tangga, bidadari:
pemandangan, bergetar: berkata, diangankan: dibayangkan, partikel-partikel tinggi:
rimbunan pohon, melukis: berfoto-foto, ketampakkan: diri/jasmani.
Paragraf
6: bapa: tuhan, membungakan perasaan: berzikir, mencuci kejiwaan:
bertasbih, mengembangkan alam semesta: bertakbir, bertonggak: berdiri,
matematika pertumbuhan: salib, ke-emasan tubuhnya: keindahan fisik, aqidah
kebatinan: karena keyakinan.
Paragraf
7: perut: ruangan, beratus kail bertitik: banyak pertanyaan, kewarasan:
akal pikiran, Pak Alamsjah: nama pemilik gereja, bulan bintang: muslim,
menjulurkan lidah: menjelaskan/menjawab, sumber: jawaban/penjelasan.
Paragraf
8: Panca rama: suasana, terlelap: gelap, menggegerkan: membuat
terburu-buru, kulit dasar: lantai, jantung
kecil: ruangan kecil, Satu: seorang/sebuah, serupaan ghaib bergoyang: ular
jadi-jadian, pak Wasto: guide, rerumputan hijau: rumput yang terdapat di
sekeliling gereja, kawasan tetangga: kawasan sebelahnya, pangkuan awal: kembali/pulang.
Paragraf
9: Dua puncak berkabut: Gunung merapi dan Gunung
Merbabu, rimba coconut: pohon kelapa, mutiara besar berwarna: candi
Borobudur.
Paragraf
10: menutup pagar pembatas, menuju pangkuan awal:
pulang, kediaman: tempat tinggal.
“Allah adalah Sang Ahli penata dunia yang menebarkan keindahan penuh makna “ (Rizal
Saryadi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarkan Pendapatmu Mengenai Blog Ini